DAERAH

Inspirasi dari Garut: Wida Widiayani dan Perjuangan Memerangi Stunting

Di tengah upaya penanganan stunting yang semakin mendapatkan perhatian di Kabupaten Garut, sebuah acara berjudul “Tawis Kanyaah” diadakan oleh Pemerintah Kabupaten Garut melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Garut pada Selasa (29/08/2023). Acara ini bertujuan untuk merespons masalah stunting yang terjadi terutama di Kecamatan Wanaraja. Melibatkan berbagai pihak seperti Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), tenaga kesehatan, dan kader Posyandu, acara ini juga menggambarkan tantangan yang dihadapi dalam penanganan stunting.

Salah satu sosok yang menonjol dalam acara ini adalah Wida Widiayani (45), seorang kader Posyandu dari RW 02 di Desa Wanasari, Kecamatan Wanaraja. Sebagai koordinator di RW 02, Wida bekerja sama dengan tim dari Dinas Perpustakaan dan Arsip (Dispusip) Kabupaten Garut serta tenaga kesehatan dari Puskesmas Pembangunan. Mereka melakukan kunjungan ke rumah-rumah warga yang memiliki balita stunting untuk melakukan penimbangan dan pengukuran.

Wida menghadapi berbagai kesulitan dalam perjalanannya, terutama saat melakukan penimbangan dan pengukuran. Balita-baliata ini sering kali menangis dan histeris, mungkin karena merasa cemas atau karena adanya banyak orang di sekitar. Wida mengakui bahwa ini bukanlah hal baru baginya, karena situasi serupa kerap terjadi saat penimbangan rutin di Posyandu setiap bulan.

“Mungkin karena nervous karena kedatangan orang banyak gitu, terus dalam (menimbang) berat badan pun karena susah untuk ditimbang sendiri, jadi akhirnya ditimbang bersama ibunya, dengan kita mengadakan hasil pengurangan dari penimbangan ibunya sama anaknya gitu, itu mungkin kendalanya setiap Posyandu,” ujar Wida di sela-sela acara Gerakan intervensi Stunting “Tawis Kanyaah” di kediamannya di Kampung Cikole Hilir, Desa Wanasari, Kecamatan Wanaraja, Kabupaten Garut, Selasa (29/08/2023).

Sebagai seorang kader Posyandu sejak tahun 2020, Wida terus belajar dan mengembangkan keterampilannya. Bahkan, ia berhasil mengembangkan sebuah database warga menggunakan Microsoft Excel untuk mempermudah pendataan. Database ini mencakup informasi update dari Kartu Keluarga, termasuk nama dan usia setiap anggota keluarga.

“Jadi kalaupun misalnya ada permintaan pendataan dari Puskesmas atau dari Desa tentang berapa jumlah KK, berapa jumlah jiwa, atau berapa jumlah lansia, itu udah langsung gitu, jadi sistemnya itu kalau misalnya kita lihat ini usianya berapa (per) hari ini, nah di data saya itu udah ada gitu ( update usianya),” ucapnya.

Keterampilan dan semangat juang Wida telah membawanya menjadi bagian dari tim IT Elektronik Pencatatan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (E-PPGBM) dari Puskesmas Wanaraja. Berkat pelatihan EPPGBM, Wida kini berperan penting dalam menginput dan mengunggah hasil pengukuran setiap bulan ke dalam sistem.

“Awalnya setiap laporan tiap bulan Posyandu itukan di-input_nya oleh bidan desa, tapi karena tahun kemarin itu ada pelatihan untuk EPPGBM, jadi pihak Puskesmas itu melibatkan kader, nah kebetulan saya yang ditunjuk dari Desa Wanasari, jadi setiap bulan sesudah ada kegiatan Posyandu, hasil-hasil pengukurannya itu tiap RW saya yang nginput, saya yang _upload ke EPPGBM,” tuturnya.

Dengan semangat inspiratif dan dedikasi yang luar biasa dalam menghadapi tantangan, Wida Widiayani merupakan contoh nyata bagaimana seorang kader Posyandu dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam upaya penanganan stunting, sekaligus mengembangkan sistem pendataan yang lebih efisien dan akurat. Melalui kisahnya, Wida mengajarkan pentingnya kesabaran dan inovasi dalam mengatasi masalah kesehatan masyarakat. (Yopi)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *